Iklan

iklan

Ketika Kampus Melunturkan Idealisme Mahasiswa

Tabloid Daerah
6.01.2022 | 4:49:00 PM WIB Last Updated 2022-06-01T07:55:17Z
iklan




Pada kali ini, saya akan menulis dengan pembahasan topik yang tidak biasa saya diskusikan. Artikel yang saya tulis kali ini ialah tentang perwajahan idealisme mahasiswa jaman sekarang serta kampus yang kehilangan fungsi. Awalnya saya hanya acuh dengan perkataan kakak tingkat saya ketika berdiskusi tentang problematika di lingkungan kampus saya sendiri.


Ia berkata, “Banyak perguruan tinggi di Indonesia yang hanya mengumbar prestasi akademik yang berhasil ia peroleh, tetapi tidak pernah mengajak mahasiswa untuk peka terhadap lingkungan diluar sana. Padahal, rakyat butuh peran mahasiswa.”


Perkataan tersebut membuat saya berfikir dan mencari tahu apa peran dari mahasiswa itu sendiri. Mengingat saya masih beberapa bulan duduk dibangku perkuliahan sudah jelas bahwa saya tidak mengerti apa-apa tentang perkuliahan.


Bahkan untuk mengisi KRS pun awalnya tidak mengerti tata caranya. Tetapi kenapa saya terbesit untuk membahas topik yang tidak begitu saya kuasai? Karena saya melihat bahwa kakak tingkat-kakak tingkat serta lingkungan perguruan tinggi saya jauh dengan angan angan saya yang melihat sosok mahasiswa seperti era ‘98.


Mahasiswa sekarang sibuk dengan urusan akademisnya masing-masing. Sifat apatis sangat tergambar jelas dalam wajah mahasiswa jaman sekarang. Mereka tidak peduli apa yang terjadi pada keadaan negara dan bangsanya sendiri. Idealisme mahasiswa satu persatu runtuh. Ditambah lagi adanya wacana yang mengharuskan mahasiswa menyelesaikan kuliah selama 5 tahun. Membuat suara lantang mahasiswa semakin terbungkam.


Kritikan mahasiswa sangat jarang ditemukan sekarang. Mahasiswa semakin tak tahu arah dan kehilangan jati dirinya. Lalu, siapa yang berperan penting dalam hal ini?


Kampus sebagai tempat mahasiswa “ditempa” sedemikian rupa yang harapannya mahasiswa akan membangun peradaban bangsa dan negara. Tetapi, hal yang terjadi saat ini kampus hanya berlomba-lomba untuk menjadi nomer 1 secara akademik tanpa melihat peran seorang mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa bak robot ilmu yang diperintahkan untuk menciptakan prestasi untuk dirinya sendiri yang akhirnya mengharumkan nama kampus tersebut.


Kampus juga selalu memaksa mahasiswa memiliki IPK setinggi-tingginya. Melihat keadaan seperti ini, otomatis mahasiswa terdidik untuk menjadi acuh. Peran mahasiswa sebagai agent of change and social control perlu dipertanyakan. Mahasiswa jarang berpikir untuk berperan aktif mengkritik kinerja pemerintahan serta ikut terjun memperjuangkan hak rakyat kepada negara.


Boro-boro berpikir seperti itu, mikir laporan praktikum aja ribet.


Kampus juga seharusnya memberi ruang untuk mahasiswa berekspresi dan berpendapat. Tetapi sayangnya kerap kali kampus melarang mahasiswa untuk melakukan aksi-aksi kongkrit demi kepentingan umum. Kampus beranggapan bahwa aksi-aksi tersebut hanya merusak citra kampus tersebut karena dinilai sangat rentan terjadi kericuhan yang berujung bentrok. Padahal tidak semua aksi yang dilakukan mahasiswa akan berujung negatif.


Lagu-lagu pembakar semangat seperti totalitas perjuangan, darah juang, buruh tani dan lain lain juga jarang diputarkan. Stigma negatif terhadap lagu tersebut membuat kampus terkadang melarangnya untuk diperkenalkan terhadap mahasiswa baru. Mereka memiliki pandangan bahwa lagu tersebut mengarah kepada nuansa masa lalu terkait demonstrasi mahasiswa dan dikhawatirkan akan memprovokasi mahasiswa baru.


Diskusi-diskusi kajian kebijakan pemerintah sudah jarang terlihat. Padahal, diskusi tersebut memantik mahasiswa untuk memiliki perspektif serta membuka wawasan luas menjadi agen perubahan bangsa.


Pada masa ini, kampus sebagai institusi pendidikan sudah seharusnya tidak melulu memikirkan akademisnya, tetapi juga mendorong mahasiswa untuk melakukan perannya secara utuh. Membakar semangat juang kepada mahasiswa untuk memiliki paradigma kritis yang membangun. Memberikan fasilitas yang memadahi untuk mahasiswa berekspresi. Menciptakan iklim demokrasi di kampus untuk menumbuhkan pentingnya berpolitik.


Kampus sudah seharusnya selalu berpegang teguh terhadap tridarma perguruan tinggi. Memupuk jiwa nasionalisme kepada insan insan mahasiswa. Rakyat merindukan mahasiswa terdahulu. Rakyat butuh peran mahasiswa. Rakyat butuh sikap intelek mahasiswa.


Rakyat butuh ide-ide kritis mahasiswa. Kalau mahasiswa dilarang berteriak kemudian siapa yang akan meneriakkan? Apakah menunggu hingga “dosa pemerintah” menjadi suatu kebenaran oleh seluruh rakyat?


“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.” – Tan Malaka 



Tulisan ini telah dipublikasikan di https://www.qureta.com/

Baca Juga
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Ketika Kampus Melunturkan Idealisme Mahasiswa

P O P U L E R

Trending Now

Iklan

iklan