
[Tabloid Daerah], Dogiyai -- Berbagai elemen
Masyarakat di Dogiyai yang tergabung dalam aksi demo damai yang dilakukan
oleh solidaritas Pelajar dan Mahasiswa Dogiyai dari seluruh Kota Study di
Indonesia mengatakan sikap, salah satu poinnya adalah menolak Rencana Pemekaran
Kabupaten Mapia Raya, yang saat ini, Mapia menjadi salah satu wilayah bagian
dari Kab. Dogiyai.
Aksi demo Damai yang bertajuk “Tolak Pemekaran
Mapia Raya, Tolak Pendropan Militer Organik dan Non Organik, dan Tolak Seluruh
Perusahaan Ilegal Logging” itu massa aksi sudah mulai berkumpul sejak pukul
tujuh, Jumat (4/7) Pagi.
Beberapa pemuda yang sudah bertugas segera pasang
tali komando, pamflet, baliho lalu mulai bergantian orasi di setiap titik
kumpul massa. Menurut Laporan yang diperoleh awak media ini aksi demo damai
tersebut menetapkan beberapa titik kumpul massa, diantaranya di Ugapuga,
Idakebo, Mauwa, Mauwa kotopa, Kimupugi, Komakago, dan titik aksi lain di
Mapia.
Dalam Orasi politik tersebut semua tentang
penolakan pemekaran kabupaten Mapia Raya, tolak pendorong militer organik dan
non-organik, dan 5 perusahaan yang rencananya akan masuk di kabupaten Dogiyai.
Pada pukul 10 : 15 Wpb, titik aksi Mauwa kotopa,
mauwa, kimi pugi, komakago Mapia dan ekemanida bergabung bersama di
Moanemani, ibu kota kabupaten Dogiyai lalu menuju bergerak ke titik kumpul
utama yaitu di lapangan Theo Makai.
Di titik aksi utama toa komando mengumumkan kepada
massa aksi untuk saling bergantian orgasi sambil menunggu massa aksi dari titik
kumpul Ugapuga dan dari Idakebo. Yang nantinya semua massa terkumpul di
Lapangan Theo Makai, lalu akan bergerak ke sasaran aksi, yaitu di halaman
Kantor Bupati Dogiyai.
Di tempat lain massa aksi dari Ugapuga (distrik
kamu timur) dan idakebo (distrik kamu Utara) sedang dalam perjalanan menuju
Moanemani tempat titik kumpul utama.
Pada pukul: 12.00 waktu Dogiyai, massa aksi yang
tergabung di dalam solidaritas Pelajar dan Mahasiswa Dogiyai Seluruh Indonesia
terkumpul di sasaran aksi, di halaman kantor Bupati dan orasi-orasi politik pun
berlangsung di sana.
Ernesto Madai, ketua organisasi Komite Nasional
Papua Barat (KNPB) Wilayah Dogiyai, sampaikan bahwa pemekaran, pendropan
militer, eksploitasi sumber daya alam bukan solusi.
Dirinya berpendapat bahwa solusi adalah pemerintah
kabupaten Dogiyai segera bukan Garuda dan minta Pemekaran negara bukan
pemekaran kabupaten.
“Pemekaran negara Papua Barat itu baru solusi
terbaik bagi rakyat Dogiyai dan pada umumnya bangsa Papua. Maka selama
penindasan dan penjajah diatas tanah air Dogiyai belum berakhir, KNPB tetap
lawan sampai Papua Merdeka,” tukasnya, mengutip orasi politik Madai.
Kemudian, perwakilan Perempuan, Rine Dogomo, selaku
tokoh perempuan Dogiyai, menyampaikan posisi dan psikologi Perempuan yang
melahirkan tetapi terkadang mereka direnggut nyawanya oleh senjata laras
Panjang.
“Saya punya anak-anak Dogiyai bukan untuk di tembak
mati militer Indonesia dan kami tidak minta Pemekaran Mapia Raya tapi kami mama
Dogiyai minta pemerintah segera menyediakan pasar permanen buat kami,” pintanya
tegas.
Kemudian, Bendi Goo, dari Solidaritas Rakyat Papua
(SRP) Dogiyai, Menyampaikan bahwa Peran pemuda dan mahasiswa hari ini di
Dogiyai berjuang untuk masa depan manusia dan tanah sisa dari tersisa
ini.
“Dan kami SRP tolak PSN NASIONAL, PT ilegal logging
di kabupaten Dogiyai Pada umumnya Papua, dan pemekaran kabupaten Mapia Raya,
dan tolak pendropan militer organik dan non-organik.” Bebernya tegas.
Senada dengan Goo, Dewan Adat Dogiyai, Yance Yobe,
menyampaikan bahwa pihaknya juga menyatakan sikap menolak segala rancangan
Pemekaran Mapia Raya, tolak pendropan militer, dan tolak PT illegal
logging.
“Dogiyai bukan Tanah kosong Dan dewan adat serukan
masyarakat Dogiyai tidak boleh serahkan tanah sejengkal pun kepada pemerintah.
Masyarakat dogiyai stop jual tanah. Kami dewan adat berdiri bersama rakyat
Dogiyai demi untuk selamatkan manusia dan sumber daya alam di dogiyai pada
umumnya bangsa Papua Barat.” Beber Yobe dalam penyampaian orasi saat aksi
berlangsung di halaman kantor Bupati.
Lalu perwakilan Tokoh Gereja bapak Yehezkiel Dumupa
menyampaikan dirinya mengucap syukur kepada Tuhan Allah bangsa Papua Barat
karena Ia menciptakan Dogiyai itu serba ada, penuh dengan susu dan madu. Namun
dari tahun 60 an setelah Indonesia datang menjajah orang Papua Barat lalu kami
ditindas, di bunuh, dicuri, di rasis di jajah.
“Maka sebagai pelayan umat manusia di Dogiyai kami
tolak segala bentuk program yang direncanakan oleh pemerintah Indonesia.
Gereja-Gereja di Dogiyai kutuk segala tindakan militer Indonesia di Dogiyai dan
Kami sebagai tokoh gereja mendukung penuh dan bersama-sama dengan perjuangan
solidaritas pelajar dan mahasiswa Dogiyai se Indonesia.” Bebernya.
Berikut adalah Pernyataan Sikap Solidaritas Pelajar
dan Mahasiswa Dogiyai dari Seluruh Kota Studi yang ada di Indonesia:
1. Kami
mahasiswa deiyai se indonesia bersama rakyat dogiyai dengan tegas menolak
rencana pemekaran kabupaten mapia raya oleh segelintir orang.
2. Kami
mahasiswa Dogiyaii se indonesia bersama rakyat dogiyai Menolak dengan tegas
segala bentuk pembentukan daerah otonomi baru (dob) di papua terkhusus
pembentukan kabupaten mapia raya.
3. Kami
mahasiswa dogiyai minta Segera tuntaskan kasus pelanggaran HAM yang tidak
pernah diselesaikan secara adil oleh pemerintah/kelompok elit politik lokal
dari asal Mapia lebih khusus pemerintah kabupaten dogiyai.
4. Kami
mahasiswa dogiyai se indonesia bersama rakyat dogiyai Menolak pendropan militer
baik itu organik maupun non organik secara internal maupun eksternal di
kabupaten dogiyai.
5. kami mahasiswa dogiyai minta dengan tegas Hentikan pemekaran mapia raya yang didorong oleh: Meki Nawipa, Yakobus Dumapa, Matias Butu, Oskar Makai, matius butu, Osea Petege, ddk. [*]