![]() |
| KPA Deiyai MoU bersama FKUB Kabupaten Deiyai digelar di Aula GKI Yudea Waghete 1, Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua Tengah, Rabu (19/11/2025), siang sampai sore. (Ist.) |
[Tabloid Daerah], Deiyai -- Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Deiyai guna menlancarkan sosialisasi - edukasi melalui lintas agama telah melakukan Memorandum of Undestanding (MoU) dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Deiyai.
Hal ini disampaikan Ketua KPA Deiyai, Maksimus Pigai bahwa Langkah strategis ini agar dapat membangun pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS melalui program-program edukasi dan sosialisasi di Wilayah Kabupaten Deiyai.
Maksimus Pigai kerap disapa Maksi menyatakan MoU bersama FKUB Kabupaten Deiyai digelar di Aula Gereja Kemah Injil (GKI) Yudea Waghete 1, Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua Tengah, Rabu (19/11/2025), siang sampai sore.
Ketua KPA Deiyai kepada TribunPapuaTengah.com mengatakan bahwa komitmen pencegahan dilakukan pertahap dan mengajak semua pihak bersinergi.
"Kami lakukan upaya perangi bahaya HIV/AIDS di lintas agama terlebih dahulu melalui FKUB Deiyai, dan berikutnya akan ke setiap sekolah serta perguruan tinggi. Sasarannya adalah, siswa atau pelajar dan mahasiswa memahami juga dapat sebagai agen informasi sosialisasi," kata pigai.
"KPA Deiyai juga akan menyamakan persepsi mengenai strategi pencegahan HIV/AIDS berbasis keagamaan dan lintas pelajar juga mahasiswa nantinya," tambahnya.
Maksi menjelaskan, pihaknya akan optimalkan peran tokoh agama dalam edukasi, pendampingan, dan pengurangan stigma.
"Kami akan mengkoordinasikan program-program edukasi kesehatan yang bersumber dari rumah ibadah. Dan, memastikan keberlanjutan program penanggulangan HIV/AIDS melalui jejaring lintas iman," jelasnya.
"Poin-poin ini telah tertuang dalam perjanjian kerja sama antara KPA dan FKUB bernomor, 001/SPK /KPA-DIY/XI/2025. Tertanggal, 19 November 2025," lanjut Pigai.
Pada kesempatan itu, Ketua FKUB Deiyai, Oktavianus Pekei mengapresiasi KPA dalam upaya pencegahan bahaya AIDS dengan menggandeng para pimpinan agama di Deiyai.
"Kami kira ini langkah awal yang baik untuk selamat umat Tuhan dari ancaman HIV/AIDS di Deiyai dan dengan hati kami menerima kesepakatan bersama," ujar Oktovianus Pekei kerap disapa Okto.
Lebih lanjut Okto, agama berperan penting dalam pencegahan AIDS melalui pendidikan moral, pembentukan perilaku sehat, dan dukungan sosial bagi penderita.
"Peran ini diwujudkan melalui penyuluhan, khotbah, edukasi berbasis nilai agama, dan penyediaan layanan kesehatan, serta spiritual bagi ODHA [Orang Dengan HIV/AIDS]," lanjutnya.
"Namun, terdapat tantangan karena beberapa keyakinan agama mungkin menghambat penggunaan metode pencegahan seperti, kondom atau dapat menimbulkan sikap fatalistik. Sehingga, diperlukan pendekatan yang melibatkan pelatihan dan kolaborasi," tandas Pekei.
Okto menegaskan pemimpin agama dapat menjadi agen penyebar informasi yang efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS dan cara pencegahannya, termasuk melalui khotbah dan ceramah di berbagai kegiatan keagamaan.
"Agama mengajarkan nilai-nilai moral dan etika, seperti kesetiaan dalam pernikahan, yang dapat menjadi benteng dalam mencegah penularan HIV/AIDS melalui perilaku seks yang tidak aman," tegas Okto.
Melalui pemahaman dari lintas agama tentang kasih sayang dan empati, tokoh agama dapat membantu mengurangi stigma negatif dan diskriminasi terhadap ODHA, serta mendorong penerimaan dan dukungan sosial.
"Lembaga keagamaan dapat memanfaatkan sumber daya mereka, seperti rumah sakit, klinik, dan sekolah. Untuk, menyediakan layanan kesehatan dan dukungan spiritual bagi ODHA," pungkasnya.
Pekei menekankan bahwa agama berperan dalam membentuk ketahanan keluarga melalui praktik keagamaan yang benar, yang dapat membantu mencegah anggota keluarga terlibat dalam pergaulan berisiko.(*)
Penulis: Kebagibui Deto

