
![]() |
Ketum PPK Kosgoro 1957 didampingi jajarannya, bersama Ketua Pengurus Provinsi Papua Tengah dan jajarannya foto bersama, Sabtu (19/7/2025), malam pukul 19:30 Waktu Papua (#Foto: TaDahNews/DAM) |
[Tabloid Daerah], Nabire -- Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro) 1957 resmi melantik kepengurusan baru tingkat Provinsi Papua Tengah, di Hotel Mahavira, Karang Mulia, Distrik Nabire, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah, Sabtu (19/7/2025), malam pukul 19.30 Waktu Papua.
Dalam acara yang berlangsung khidmat, Kristovel Mara, Amd.Tek., resmi dilantik sebagai Ketua Umum Pimpinan Daerah Kolektif Kosgoro 1957 Papua Tengah bersama jajaran pengurus lainnya dari berbagai departemen.
Acara pelantikan ini dihadiri langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Kolektif (PPK) Kosgoro 1957, Dr. Dave Akbarshah Fikarno Laksono, ME., yang sekaligus memberikan sambutan panjang sarat nilai historis dan ideologis.
Dalam sambutannya, Dave Laksono menjelaskan pelantikan ini sempat tertunda cukup lama.
“Pemerintah daerah sebenarnya sudah mengajukan sejak lama. Karena, Pusda [Pimpinan Pusat-Daerah] Papua Tengah sudah rampung dari beberapa waktu lalu. Tetapi karena, kesibukan politik nasional dan kondisi kesehatan saya sebagai anggota DPR, maka baru bisa terlaksana hari ini,” jelasnya.
Dave menekankan pentingnya memahami sejarah panjang Kosgoro sebagai Ormas (Organisasi Kemasyarakatan) yang berakar dari perjuangan ekonomi rakyat.
Ia menuturkan bahwa Kosgoro lahir pada Tahun 1957 atas inisiatif tokoh nasional, Bapak Isman.
Isman sebelumnya adalah komandan Tentara Pelajar Indonesia di Jawa Timur.
Melihat para pejuang masih hidup dalam kemiskinan pasca kemerdekaan, Isman menggagas pembentukan koperasi rakyat bernama Koperasi Gotong Royong. Kemudian, disingkat menjadi "Kosgoro".
“Waktu itu mereka tidak punya akses ke pendidikan, permodalan, atau bahan pokok. Maka dibentuklah koperasi. Berangkat dari itulah Kosgoro berdiri, awalnya murni sebagai gerakan ekonomi kerakyatan,” jelas Dave.
Seiring dengan perkembangan zaman, Kosgoro kemudian menjadi bagian dari Sekber Golkar di era Orde Baru dan berevolusi menjadi ormas masih berperan sebagai politik aktif.
Lanjut Dave, Karena ruang gerak koperasi terbatas dalam struktur politik saat itu, maka namanya pun berubah menjadi Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro).
“Kosgoro menjadi wadah pembinaan kader, membentuk lembaga pendidikan dari tingkat SD sampai perguruan tinggi. Kami memiliki Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957 yang akan dikembangkan menjadi universitas,” lanjut Dave.
Namun, di era reformasi, muncul perpecahan di tubuh Kosgoro akibat perbedaan pandangan terhadap Partai Golkar.
Beberapa tokoh ingin keluar dari partai, tapi langkah itu dinilai berisiko memecah kekuatan kader Kosgoro yang tersebar di legislatif dan eksekutif.
“Maka para tokoh senior, termasuk Pak R. Agung Laksono, memutuskan untuk tetap menjaga Kosgoro sebagai bagian ormas pendiri Partai Golkar. Tahun 2000, disepakati terbentuklah Kosgoro 1957 yang kita kenal sekarang,” ujar Dave.
Dave juga memaparkan kiprah Kosgoro saat ini, seperti menjalin kerja sama dengan Lemhannas RI agar kader-kader Kosgoro bisa mengikuti pendidikan kepemimpinan nasional.
Selain itu, Kosgoro juga menggandeng Kementerian Koperasi dan UKM untuk mendorong program koperasi merah putih di bidang peternakan, pangan, dan UMKM di seluruh Indonesia, termasuk Papua Tengah.
“Sebagai ormas, Kosgoro bukan hanya wadah politik. Tapi juga, penggerak ekonomi rakyat. Kita ingin membina kader-kader yang punya integritas, kemampuan, dan semangat gotong royong untuk membangun Indonesia dari bawah,” menutup sambutannya.
Pada kesempatan itu pula, Gubernur Provinsi Papua Tengah, Meki Fritz Nawipa, melalui Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Politik, dan Hukum, Marthen Ukago, menyampaikan sambutan yang menekankan makna kehadiran Kosgoro 1957 di Papua Tengah.
“Organisasi ini lahir dari semangat juang dan kebangsaan yang kuat. Didirikan oleh eks tentara pelajar Jawa Timur, Kosgoro adalah simbol pengabdian, kerakyatan, dan solidaritas,” katanya.
Ia menyebut tiga nilai utama yang dikenal sebagai Tri Dharma Kosgoro itu tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman saat ini, terlebih di era transformasi sosial dan pembangunan.
Tema kegiatan itu, “Torang Rajut Tri Dharma Kosgoro 1957” dinilai sangat tepat dan menyentuh hati. Kata "Torang", menggambarkan kebersamaan khas Papua, dan Kosgoro diharapkan menjadi kekuatan kolektif dalam menyokong pembangunan daerah.
“Saya percaya keberadaan Kosgoro 1957 akan membawa semangat baru dalam pembangunan Papua Tengah. Sebagai provinsi baru, kita butuh semangat gotong royong dan kader-kader yang punya kapasitas dan integritas,” sebutnya.
Ia berharap pengurus yang baru dilantik segera bergerak aktif menghidupkan dinamika organisasi di delapan kabupaten se-Papua Tengah, memperkuat kolaborasi lintas sektor, serta membina karakter dan pemberdayaan di tingkat akar rumput.
“Saya dorong Kosgoro juga mengambil peran dalam membangun kesadaran hukum dan kewirausahaan. Inilah saatnya Kosgoro hadir bukan hanya sebagai bagian dari sejarah, tetapi juga sebagai agen perubahan masa depan,” tutup Marthen Ukago.(#DAM/TaDahNews)
Penulis: Daud Awiipito Mote
Editor: Kebagibui