
![]() |
Papua Tengah Darurat HIV/AIDS, Ini Sigap Pemprov (Ist) |
[Tabloid Daerah], Nabire -- Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Papua Tengah, melakukan kegiatan Sosialisasi Survei Terpadu Biologis Dan Perilaku (STBP) Tanah Papua 2025 Di Kabupaten Nabire.
Kegiatan ini dilakukan di Aula Setda Nabire, Selasa (6/5/2025), dan turut hadir Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Nabire, Setda atau yang mewakili Pemerintah Daerah Nabire, Para Kepala Distrik dan Camat se-Kabupaten Nabire, Para Lurah dan Kepala Kampung (Desa), Ketua dan anggota Komisi Penanggulangan AIDS Daerah, Perwakilan TNI-Polri, Para tokoh agama dan tokoh adat, Direktur RSUD Nabire dan Kepala Puskesmas, Seluruh mitra kerja dan lembaga terkait, Rekan-rekan tenaga kesehatan, Fasilitator Peneliti PPKUI, Para undangan serta seluruh peserta sosialisasi.
Dalam sambutan Plt. Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Papua Tengah, dr. Agus, M.Kes,CH,Med.CHt., mengatakan berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah jumlah akumulasi dari Tahun 1998 hingga Desember 2024, jumlah penderita HIV/AIDS di Papua Tengah telah mencapai 22.868 kasus, dengan 12.272 kasus di antaranya terjadi pada perempuan.
"Data Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah, 22.868 kasus HIV/AIDS, dengan 12.272 kasus diantaranya terjadi pada perempuan, ini, tersebar di delapan Kabupaten yang ada di Provinsi Papua Tengah," kata dr. Agus.
dr. Agus lanjut dalam sambutannya, menjelaskan Data Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah, ini terbagi atas delapan kabupaten yang ada di Provinsi Papua Tengah, Nabire menjadi tertinggi, menyusul, Mimika, dan Paniai, sisanya terbagi di lima kabupaten lainnya.
"Kota Nabire menjadi wilayah dengan jumlah kasus tertinggi, mencapai 10.494 kasus. Diikuti oleh Mimika, 7.923 kasus. Dan, Kabupaten Paniai, 2.474 kasus. Sisanya, tersebar di beberapa kabupaten dengan banyak penderita yang belum terdeteksi karena, minimnya pemeriksaan rutin," jelas dr. Agus.
Melihat tercatatnya angka HIV/AIDS pada perempuan dan untuk laki-laki masih belum, menurut dr. Agus dalam sambutan menekankan, penting untuk dicatat bahwa tingginya angka perempuan yang terdiagnosis HIV/AIDS tidak selalu berarti mereka lebih rentan terhadap infeksi dibanding laki-laki. "Perempuan lebih sering menjalani pemeriksaan kesehatan. Sehingga, angka kasus yang terdeteksi lebih tinggi dibanding laki-laki, yang cenderung enggan melakukan tes HIV," jelas dr. Agus.
"Penularan HIV/AIDS tidak mengenal gender. Karena, virus ini menyebar melalui kontak langsung antarindividu. Namun, pemberitaan sering kali fokus pada perempuan. Seolah-olah, mereka adalah penyebab utama penyebaran HIV/AIDS. Padahal, hal tersebut tidak benar, kenapa? Menurut, Studi dari University of Victoria dan Pusat Studi Kependudukan UNCEN menunjukkan bahwa stigma terhadap perempuan pengidap HIV/AIDS di Papua sangat tinggi, terutama di wilayah pegunungan."
Menurut dr. Agus menerangkan dalam sambutannya, banyak perempuan dihindari oleh masyarakat, bahkan mengalami diskriminasi dalam akses layanan kesehatan. Narasi yang menyalahkan perempuan ini berakar pada bias patriarkis, yang mengabaikan fakta bahwa laki-laki juga berperan dalam penyebaran HIV/AIDS.
"Padahal, persoalan ini bukan tentang gender atau etnis tertentu, melainkan tentang perilaku berisiko yang bisa dilakukan oleh siapa pun," terang dr. Agus.
Maaih dalam sambutan, dr. Agus mengungkapkan beberapa fakta tantangan yang dihadapi dalam upaya memberikan kesadaran kepada masyarakat luas bahwa saat ini Papua Tengah memasuki darurat HIV/AIDS.
"Tantangannya itu; Tingginya Mobilitas Penduduk, Minimnya Edukasi tentang HIV/AIDS di Komunitas Pedalaman, Kurangnya Kesadaran akan Pemeriksaan HIV/AIDS, Stigma terhadap Pengidap HIV/AIDS (ODHA), Akses Layanan Kesehatan yang Belum Merata," ungkap dr. Agus.
dr. Agus berharap melalui kegiatan ini, sejalan dengan Visi - Misi dan program strategis Gubernur Meki Nawipa dan Wakil Gubernur Deinas Geley dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan berkeadilan.
"Kebijakan Strategis Papua Tengah dalam Pengendalian HIV/AIDS, adalah sebagai berikut; Integrasi STBP dengan Program Penanggulangan Penyakit Menular, Pendekatan Komunitas dalam Tes HIV/AIDS Gratis, Peningkatan Edukasi Kesehatan di Wilayah Pedalaman, Penguatan Sistem Rujukan dan Layanan ARV, Kolaborasi dengan Stakeholder Pentahelix," harap dr. Agus.
Dalam catatan penutup sambutan, dr. Agus menegaskan Pendekatan Pentahelix, memungkinkan integrasi multi-sektoral dalam penanganan HIV/AIDS di Papua Tengah.
"Pelaksanaan STBP akan lebih sukses apabila semua unsur bekerja sama dan saling berkontribusi dalam hal peningkatan kesadaran masyarakat melalui edukasi dan sosialisasi, Optimalisasi pemeriksaan HIV/AIDS, Sifilis secara masif dan sukarela, Penghapusan stigma terhadap ODHA sehingga mereka dapat menjalani hidup bermartabat," tutup dr. Agus.(*)
Melkianus Dogopia