FOTO: Dinilai Tertipu, Pemilik Lokasi Yang Saat Ini Dijadikan Kodim 1703 Meminta Klarifikasi Redaksi Media "surabaya.tribunnews.com dan surya.co.id" |
TaDahnews.com, Deiyai -- Dinilai tertipu, Masyarakat Adat Kampung Mugouda, Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai, pemilik lahan yang saat ini telah menjadi bangunan dan kantor Kodim 1703 meminta klarifikasi Redaksi Media di "surabaya.tribunnews.com dan surya.co.id".
Pasalnya bahwa apa yang ditulis di media tersebut dengan judul "Ogah Dukung KKB Papua, Tokoh Masyarakat Kunjungi Dandim 1703/Deiyai dan Siap Bantu Keamanan", penulis: Putra Dewangga Candra Seta dan editor: Musahadah. Kategori KKB Papua, dan Artikel ini juga telah tayang di surya.co.id dengan judul yang sama, dinilai tidak sesuai undangan dandim dan merasa dipolitisasi.
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa yang
bersangkutan, atas nama Tobias Mote tidak bisa berbahasa Indonesia. Dia hanya
bisa mendengarkannya saja, itu pun bahasa-bahasa yang sederhana dan merupakan
bahasa ‘pasaran’. Dia hanya bisa berbahasa pribumi (ibu).
Tobias Mote sebagai masyarakat adat di Kampung
Mugouda membenarkan dirinya mendatangi kodim karena, dipanggil. Bukan, datang
sendiri untuk berkunjung seperti yang dimaksud di dalam berita miring (hoax) di
media surabaya.tribunnews.com dan surya.co.id.
(dalam bahasa ibu). “Aniki
mananatiyakekoka, aniya gaiko koda migoutoki baru kidikiyoka, okaikoukodoko
aniki makikou ipuweme, kodim keitegaikei. Aniyagaiko dandim baru kodokoka
perkenalan buka ki, yokoudoka manaa ko beu,” tegas Tobias Mote dalam bahasa Suku Mee di Deiyai
dikutip awak media ini, Rabu (17/08/2022) siang Waktu Papua.
Terjemahannya dalam bahasa Indonesia: “Saya
dipanggil. Jadi, saya berpikir Pimpinannya ini baru diganti. Oleh karena itu,
saya karena termasuk pemilik Tanah Adat ini, lokasi yang sudah dibangun Kodim.
Saya berpikir dandim inikan baru jadi, saya dipanggil untuk saling berkenalan, cuman itu, tidak bicara yang lain-lain.”
Lanjut Mote, (langsung diterjemahkan saja), Saya
juga merasa penting untuk saya bahwa memperkenalkan diri, juga mengenal dandim
yang baru. Sekalian saya menunjukkan batas area kodim. Karena, di bagian
belakang kodim ini, juga banyak penghuni, keluarga dari mama dan juga dari
bapa. Ada juga kebun dan tempat bermain ternak, ini semua dan saya sebagai
masyarakat adat di Mugouda memunyai kepemilikan bersama atas Tanah Adat ini.
Ketika ditanya wartawan media ini terkait dengan
ada ‘isu KKB’ di dalam media surabaya.tribunnews.com dan surya.co.id.
Tobias Mote justru bingung karena, tidak sesuai dengan yang dipanggil awalnya.
Diterjemahkan langsung, “Saya masyarakat biasa
yang memberikan lahan adat untuk kodim, saya tinggal dan keluar-masuk di
samping kodim. Setiap hari, saya berada di depan kios-ruko kodim, dan saya
sendiri seorang diri bersama keluarga dari Mote justru bingung oleh karena
bahasa media singgung sana, singgung sini, tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.
Ini tidak boleh, dan saya tidak terima. Saya akan langsung ke kantor kodim
minta penjelasan, dan meminta untuk bahasa medianya harus dihapus. Karena, tidak
sesuai dengan fakta saat saya dipanggil,” kata Tobias Mote dalam bahasa suku
Mee yang langsung diterjemahkan oleh awak media ini.
Tambah Tobias Mote, kami keluarga dari Mote, juga
semua Masyarakat Adat yang di Kampung Mugouda sudah duduk berbicara agar ke
depan hal-hal seperti ini tidak boleh terulang.
Senada dengan Tobias, perwakilan Pemuda Adat
Kampung Mugouda juga angkat bicara terkait dengan adanya unsur mempolitisasi.
“Tobias Mote (dia) orang tua kami, tidak bisa
berbahasa Indonesia dan hanya bahasa pribumi (ibu) saja. Dia tidak tahu menahu tentang
hal yang dimuat dalam media yang sebut-sebut namanya. Untuk itu, saya mewakili
pemuda adat, entah itu Tobias Mote ka, atau siapa saja yang ada di sini, di Deiyai,
ketika diundang atau dipanggil oleh Dandim ka atau kepala institusi militer
lainnya, lain kali tanya dulu maksud, tujuan, dan rencananya memanggil untuk apa, sebelum terima panggilan
mereka. Juga, harus batasi atau lebih baik tidak usah yang berkaitan dengan Foto dan
Video karena, nantinya akan ada unsur politisasi. Padahal tidak tahu apa-apa sama seperti kejadia Tobias Mote,”
pungkas Kebagibui Dogopia, perwakilan pemuda adat yang tinggal juga di Kampung
Mugouda.
Lanjut pemuda adat, saya tegaskan lagi kepada
Institusi Militer di Deiyai dalam hal ini TNI melalui Dandim 1703 Deiyai bahwa segera! Klarifikasi berita tentang
Tobias Mote di media surabaya.tribunnews.com dan surya.co.id. Dan, STOP! Melakukan kegiatan mempolitisasi masyarakat sipil atau masyarakat
adat di Kabupaten Deiyai yang tidak tahu apa-apa.
Tutupnya, kalau mau melakukan kegiatan peliputan
atau kayak kegiatan jurnalistik, meliput berita, seharusnya memperhatikan kode
etik jurnalis, dan tidak boleh memuat sesuatu yang bukan merupakan kegiatan atau kejadian sebenarnya. Ini yang disebut hoax. Dan Dewan Pers Indonesia juga melarang itu bahkan ada sanksinya, kena di wartawannya dan juga
pada medianya juga.(*)
Admin