
![]() |
Bupati Kabupaten Dogiyai, Yudas Tebai dan rombongan tiba di Kampung Unito, Distrik Sukikai Selatan (Suksel), Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah, Senin (6/10/2025), pagi (#Istimewa) |
[Tabloid Daerah], Dogiyai -- Semalam Suntuk Di Kampung Unito, Distrik Sukikai Selatan (Suksel), Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah.
Pagi itu Senin, 06 Oktober 2025 sekitar pukul tujuh, sang rawi hadir bersama kemegahannya di ufuk timur negeri yang kini dijuluki kota jeruk manis, yang dahulu kata mereka kota singkong. Bandar udara Douw Atarure menampakan kemegahanya bersama membirunya langit.
Diselah bisingnya suara teriakan burung besi yang mengaung, seakan hendak memecah teriknya pagi dibandar udara Douw Atarure, Bupati Kabupaten Dogiyai yang akrab dengan sapaanya Bapak Yute, Plt. Kepala Pelaksana BPBD Dogiyai Bapak Mathias Goo, Bapak Kepala Distrik Sukikai Selatan, Yosep Kidou, serta dua orang pengikut segera merapat mendekati seekor burung besi yang sedang terpakir rapi diujung landasan parkirnya.
Ditengah ke lima orang tersebut berdiri seorang yang berawak tinggi berpakaian putuh laksana pasukan sorgawi. Tidak lain dia adalah seorang joki dari sang burung besi yang sedang stanby menanti buruannya.
![]() |
Bupati dan rombongan bersama Pilot |
Perlahan rotornya berputar. Penumpang tenang seusai teknisi menutup pintu burung besi yang akrab disapa hellykopter.
Ucapan yang asing terucap dari mulut juru kemudi sang pilot helly. ”Owww begitu k…?, Tuhan semoga berjalan dengan lancar” ucapku dalam batin yang sedang berontak dengan segala pikiran tentang kemungkinan-kemungkinan.
Perlahan helly meninggalkan sangkar yang akrab disebut ground. Kini bandar udara Douw Atarure nampak dari ketingian. Kami telah terbang meninggalkan bandar udara Douw Atarure munuju hellyped unito yang menjadi titik akhir perjalanan rombongan kami.
Birunya langit tanpa awan menjadi sentuhan hangat serta restu terbaik dari negeri ujung tanah leluhur Dogiyai tercinta Unito, Sukikai Sekatan.
Geraknya yang gesit menghantar kami hingga terlihat puncak weiland dibagian selatan.
”itu gunung weilan” ucap kepala distrik, penguasa wilayah sukikai selatan.
”setelah langgar puncak weiland, (berarti) sedikit lagi kita tiba” dengan senyum sinis ia berkata kepada kami 4 orang penumpang lainya.
Weiland juga adalah gunung yang melintang di wilayah Mapiha mulai dari Bomomani hingga berujung di Wigoumakida ujung selatan wilayah mapiha. Weiland juga akan menjadi pusat konserfasi alam yang telah dilakukan survei awal oleh kementrian lingkungan hidup republik indonesia.
Dari kejauhan terlihat dengan jelas hellypad yang menjadi titik akhir pendaratan kami. Perlahan laju dikurangi serta ketinggian di rendahkan untuk memburu titik akhir pendaratan.
Hal ini bukan menjadi hal yang tabuh dilakukan sang juru kemudi (Pilot) sebab, ini menjadi kewajiban yang dilakukan ketika hendak memburu sangkar sang buru besi (Hellypad).
Moge (pakaian ada wanita Mee) berwarna putih bersih terlihat dengan tarian pingul kas wanita mapiha. Tarian sujud syukur atas sesuatu yang selalu bergema bersama hidup yang telah menjadi kebiasaan perempuan mapiha dan pada umumnya wilayah Pegunungan Papua. Suara bunyi busur dan anak panah yang menggemah penanda kehidupan yang berkumanda dari tangan sang lelaki pun tidak kalah bergema bersama.
![]() |
Tarian penyambutan ciri khas Mama-mama Suksel |
Sambutan hangat ciri khas yang dipertontonkan menjadi pemandangan manja dari penjaga negeri leluhur diujung selatan Kabupaten Dogiyai.
”akh sayang sa, cinta mereka” Bisik seorang Yute dengan bola mata yang agak memerah kepada saya yang kebetulan berada disamping dia.
Tak kala seru, K.A Lak BPBD keluar barisan dan berdiri ditengah rombongan tarian dan berbaur bersama lalu menyanyikan lagu daerah khas penyambutan yang dinyanyikan kelompok penyambut tamu.
Ya, K.A Lak BPBD bukan orang baru di lingkup orang piyaiye dan sukai. Beliau pernah hidup dan mengenyam pendidikan di negeri Apouwo. Semasa kecil beliau pernah menghabiskan waktu bersama para penjaga negeri selatan wilayah dogiyai. Tiap ucapan bahkan ekspresi mencerminkan para tetua negeri penjaga wiilayah selatan jauh dari Kabupaten Dogiyai.
Bersama dengan masyarakat setempat, kami diarahkan ke kantor distrik. Di sana terlaksana upacara seremonial untuk penyerahan Bantuan Korban Banjir dan Longsor yang melanda masyarakat kampung Unito beberapa waktu lalu.
Bupati dan KALAK BPBD menyerahkan secara simbolis bantuan Bahan Makanan kepada warga masyarakat berdampak.
Bersamaan dengan itu, Bupati YUTE melakukan audiensi bersama masyarakat terkait kondisi pendidikan, kesehatan, perekonomian dan infrastruktur yang menjadi kebutuhan dasar warga penghuni wilayah selatan jauh Kabupaten Dogiyai.
![]() |
Bupati dan rombongan menyerahkan bantuan secara simbolis |
Secara spontan dan tanpa segan warga menyampaian unek-unek telah terpendam jauh sejak Kabupaten Dogiyai didirikan hingga saat ini.
”Bapa Bupati Yudas Tebai, terimakasih sudah datang. Datang saja sudah menjadi obat bagi kami warga masyarakat di sini. Tidak pernah seorang pemimpin datang kesini sejak kabupaten ini ada,” kata seorang kepada bupati seraya meganggukan kepala kepada bupati.
”Bapa jangan lupa kami, sebab, kami pun tidak akan melupakan bapa” tutupnya.
”Bapa sebentar boleh pulang tapi, bapa besok jangan lupa kami, Dogiyai ada juga karena, kami warga selatan jauh dari wilayah yang bapa pimpin. Kami harap bapa sering berkunjung dan makan siang bersama kami seperti saat ini” pungkas pemuda lain.
Dengan mata yang sama saat penyambutan, YUTE mengusap matanya menggunakan pakaian keki kebesaranya.
”Saya sudah lihat dan dengar semua. Saya tidak lupa dan saya akan lakukan semampu saya. Kalian adalah warga saya yang menjaga batas akhir wilayah besar kabupaten Dogiyai,” pungkas Bupati YUTE menunutup audiensi singkat dengan nada yang agak serak serta sambil mengusap mata yang tak dapat dibendung untuk mengeluarkan cairan bening tanda rasa.
Sedaritadi helikopter yang menghantar kami telah kembali ke sarang utama untuk melakukan droping bama ke Unito Sukikai Selatan untuk filght ke duanya.
Suara samar-samar terdengar dari kejauhan.
”adoo begini saja kah..?” ucapku dalam batin seusai mendengar suara samar-samar dari burung besi tersebut.
Bersamaan dengan itu, Weiland menghitam seakan sedang menyampaikan pesan yang tersirat. Rintik butiran air perlahan terasa dikulit. Suara samar burung besi makin tak terdengar. Acara diskusi dengar pendapat bersama warga berlanjut.
Salah seorang datang dengan muka yang agak kusam.
”Bapa helykopter putar balik ke bandara karena, cuaca tidak baik. Kemungkinan nanti dia balik lagi besok pagi,” pungkasnya.
”Akh kalo memang Bapak YUTE harus bersama rakyatnya oke baiklah,” spontan terpikir dalam benak.
Setelah bisikan tentang delay penerbangan untuk filht kedua tiba ditelinga bupati dan tokoh masyarakat, kemudian rombongan diarahkan ke mess distrik yang telah tersedia persis dihalaman kantor distrik.
Seperti biasa, Yute dengan ciri khasnya, bercerita serta berdiskusi dengan nada perlahan. Namun, menghanyutkan hingga lupa sang rawi akan perpaling keperaduan.
Cerita serta diskusi mengalir bagai aliran air yang tak dapat dibendung. Sesekali canda dan tawa pecah diselah keseriusan dalam topik pembicaraan. Makanan serta minuman tersaji dan disantap bersama cerita yang asik didengar serta dibicarakan.
Tak terasa waktu telah menujukan pukul lima. ”cepat warga segera menyiapkan tempat menginap dan makan malam untuk rombongan bupati yang datang,” ucap seorang warga seraya memerintahkan kepada yang lainya.
Dalam perbincangan, salah satu dari rombongan berbisik kepada Bupati, ” Bapak, di sini kita tidak bisa dapat rokok yang biasa bapak sebut, adanya hanya rokok gulung yang diracik sendiri, ” ucapnya.
”akh kam bawa cepat sudah ini sa punya rokok sudah habis sedari tadi ni,” ucap bupati.
Dengan senyum tipis dia berbalik dan bertanya kepada K.A Lak BPBD dan belia pun menjawab dengan jawaban yang hampir mirip, ”aaaaakh sudah yang penting ada asap,” pukasnya.
Makan malam tiba bersama rokok situasional. Akhirnya, malam itu habis bersama nikmatnya makan malam dan rokok situasional yang menghantar kami untuk melalui cerita yang tersimpan dalam benak untuk segera diimplemantasikan.
”catat semua yang telah diucapkan,” perintah bupati.
Lelahnya tubuh tak dapat membohongi mata, ya. Sudah waktunya kita mengakhiri sejuta cerita hari ini bersama pembaringan untuk mimpi semu yang takakan memadamkan mimpi kita bersama dalam cerita panjang hari ini.
”semoga Tuhan memberkati setiap mimpi kita,” tutup Bupati mengakhiri doa dari seorang tetua yang mengakhir cerita kami.
Perlahan kepala menuju pembaringan. Waktu telah menujukan pukul setengah duabelas. Kami hanyut dalam peraduan di negeri unito, sukikai selatan negeri leluhur kami.
Kokok si jago selalu menjadi pertanda waktu telah pagi. Kami terbangun dari peraduan satu per satu. Tanpa mebereskan tubuh, hanya mengusap wajah dengan air yang mengalir di pekarangan.
Kami segera bersiap sebab suara burung besi telah terdengar dari kejauhan.
Ya. Walau ingin bersama mereka penghuni negeri ujung selatan Dogiyai lebih lama. Namun, tugas dan tanggungjawab yang sedang menanti sehingga kami harus segera berbalik ke ibu kota kabupaten lebih cepat.
Tak lama panggilan suara burung besi terdengan sangat jelas. Helly telah mendarat di helipad dan kami harus segera naik seusai bantuan Bahan Makanan untuk flight kedua diturunkan.
Kampung Unito terlihat dari ketinggian. Tak sengaja saya melirik secara bersamaan Bupati dan K.A Lak BPBD. Wajah prihatin yang menjadi ciri khas tergambar. Memerahnya mata yang terbalut beningnya airmata gambaran tulus kecintaan terhadap negeri sejuta nama. Negeri leluhur Kabupaten Dogiyai tercinta.
Terimakasih untuk Pemerintah Kabupaten Dogiyai.(*)
Penulis adalah pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang suka berbaur bersama masyarakat di Lingkungan Pemkab Dogiyai, akrab disapa Dondo