Iklan

iklan

Mengapa Aktivis Wajib Menulis?

Editor - Tabloid Daerah
6.11.2025 | 4:42:00 PM WIB Last Updated 2025-06-11T09:03:08Z
iklan

ilustrasi gambar. Ilst

Oleh: Wallo *

*) Pemuda Pengangguran di Nabire

Dua tahun belakangan ini banyak media yang berjamur di Papua, Khususnya di Papua Tengah. Saat ini sedang di data.

Rata-rata semua media ini penuh dengan pemberitaan tentang aktivitas pemerintah, pejabat bikin apa, dimana? itu yang dituliskan. Sehingga, bila Karl Marx bilang kesadaran manusia itu dibentuk oleh keadaan sosial, salah satunya masyarakat peroleh informasi dari pemberitaan yang ada di media.

Bila isi beritanya rata-rata abai terhadap realitas sosial yang memprihatinkan, maka, aktivis harus menuliskan. Jangan tunggu wartawan harus kritis lalu menuliskan narasi penindasan yang dialami oleh masyarakat.

Menulis tidak harus yang keras, teoritik, dengan gaya penulisan filsuf. Bisa dimulai dari tulisan yang sederhana saja. Cerita pengalaman, catat suatu kejadian atau pengamatan langsung terhadap apa yang terjadi, itu juga tulisan.

Saat ini, kita diberadapkan pada fase perang dingin. Sisi lain siapa yang menguasai media, dia kontrol pikiran dan kesadaran rakyat. Bukti hari ini semua media dikuasai konten yang tutup mata terhadap realita yang kita rasa sakit tapi tidak pernah nongol di media.

Di Nabire, sebenarnya banyak aktivitas yang dilakukan oleh para pelajar, mahasiswa, pemuda, juga rakyat, dimana ada ruang untuk merefleksi tentang realitas sosial. Tetapi satu hal yg luput dari aktivitas ini, adalah menuliskan. Semua lupa untuk menuliskan pikiran-pikiran kritis, brilian yang muncul dan muncrat di tengah di ruang-ruang itu.

Misalnya, aktivitas lapak baca, seminar, kondisi jalan yang rusak, suhu panas yang semakin meningkat di wilayah perkebunan sawit: trada yang tanya, itu kenapa? Atau bagaimana suka-duka pemuda terminal, ana-anak aibon, perjuangan para porter mencari rupiah di tengah sedang sumbat keran uang, tidak lagi mengalir ke masyarakat akibat pemotongan (efisiensi) anggaran secara besar-besaran.

Atau Lowongan Pekerjaan (Loker) yang sulit diterima bagi orang Papua di Nabire. Dan yang lebih besar lagi, lebih tinggi, itu tentang kenapa orang Papua ingin merdeka. Itu dituliskan, dibahas dari berbagai sudut pandang.

Saya tidak sepakat bila ada aktivis yang mengatakan bahwa menulis itu buang-buang waktu. penindasan terus berlanjut, jangan buang energi untuk menulis. Itu keliru.

Mengapa? Kalau perubahan itu cipta aksi nyata gerakan rakyat yang sadar, maka menulis itu salah satu cara membuat rakyat sadar. Menulis setiap hari tentang alasan kenapa kita harus berjuang, itu sama dengan memberi nutrisi bagi pikiran dan kesadaran rakyat yang selama ini masih terus dihegemoni oleh dominasi pemberitaan versi pemerintah.

Kalau bingun mau tulis darimana? Mulai lah dari cerita pribadi anda. Mulai dari berpacaran dimana sampai baku bawa di tempat demonstrasi, misalnya. Atau pengalaman kamu ditangkap, diinterogasi, dibebaskan dengan catatan a, b, c, d, dst. Banyak hal yang harus dituliskan.

Menulis itu soal melatih dan membiasakan diri tuk menulis. Cicil lah setiap hari sebanyak 600 kata. Penulis pemula biasanya banyak salah. Tetapi jangan takut untuk mencoba dan terus menulis. Sebab kegagalan itu wujud dari tidak mau mencoba. Orang yang sudah mahir menulis itu pernah lewati tahapan yang paling sulit sekali pun. Tak ada yang mudah dan instan di dunia ini, selain hujan yang turun tanpa diperintah.

Kewajiban Aktivis itu Membaca, Menulis, Diskusi (Mengorganisir).

Bila kitong tra mulai hari ini, selesai sudah! [*]

Baca Juga
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Mengapa Aktivis Wajib Menulis?
iklan
iklan
iklan
iklan
iklan

Trending Now

Iklan

iklan