Iklan

iklan

Membatah Bahlil, Victor Yeimo: 30 KM Bukanlah Zona Aman

Yohanes Gobay
6.10.2025 | 12:34:00 PM WIB Last Updated 2025-06-10T03:48:28Z
iklan
Victor Yeimo, Juru Bicara Internasional Organisasi Komite Nasional Papua Barat. lst


[Tabloid Daerah], Nabire -- Vitor Yeimo Juru Bicara Internasional Organisasi Komite Nasional Papua Barat (KNPB) membantah pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan tambang nikel milik PT Gag Nikel (GN) yang beroperasi di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, berada cukup jauh dari kawasan wisata unggulan Pulau Pianemo. Pernyataan tersebut diberitakan media online CNN Indonesia pada Kamis (5/6) bahwa Bahlil mengklaim Tambang Nikel Berjarak 30-40 Km dari Wisata Raja Ampat.

“30 km tersebut bukanlah zona aman, ini soal waktu saja sebelum bencana merambat, Tegas Yeimo membantah, dikutip dari dinding akun facebooknya, Selasa (10/6).

Bahlil mengatakan tambang nikel aman karena letaknya 30 km dari Raja Ampat. Tetapi Menurut Yeimo di Teluk Buyat, tambang Newmont hanya 30 km dari pemukiman, hasilnya: laut mati, ikan hilang, warga sakit. Di Halmahera, lumpur tambang membunuh terumbu karang dan mengusir ikan hingga jauh dari titik tambang. Di Morowali, polusi nikel menyebar lebih dari 40 km, masuk ke tubuh warga lewat udara dan air. Di Freeport, jutaan ton limbah tailing mengalir dari pegunungan hingga pantai, mengubah ratusan kilometer sungai dan rawa menjadi kuburan ekosistem.

“Di luar negeri lebih brutal lagi.” Tukas yeimo menjelaskan Di Kanada, tailing tambang mencemari sungai dan danau lebih dari 30 km. Di Brasil, bendungan limbah jebol di jarak 600 km sungai berubah jadi sungai racun. Di Papua Nugini, tambang Ok Tedi membunuh Sungai Fly sejauh 1.000 km, menyapu bersih wilayah adat dari hidupnya.

 “Apa artinya semua ini? Bahwa kerusakan tidak punya batas administratif. Ia mengikuti arus laut, arah angin, dan siklus waktu. Ia menyebar diam2, menyusup lewat ikan, air, udara, dan tanah. Di perairan tropis seperti Raja Ampat, arus permukaan bisa membawa racun hingga 70 km hanya dalam hitungan hari. Maka “30 km” bukanlah zona aman, ini soal waktu saja sebelum bencana merambat.” Jelas Victor Yeimo.

Yeimo menegaskan lagi bahwa Kerusakan ekologis bekerja dengan hukum alam, bukan hukum Bahlil. Laut tidak punya pagar. Arus laut membawa sedimen, logam berat, dan pencemaran melintasi puluhan kilometer dari titik buangan. 

“Logika kapitalis kolonial menyangkal hukum alam karena alam tak bisa disuap.” Pungkas Yeimo. [*]


Baca Juga
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Membatah Bahlil, Victor Yeimo: 30 KM Bukanlah Zona Aman
iklan
iklan
iklan
iklan
iklan

Trending Now

Iklan

iklan