Iklan

iklan

ORANG MEE PERTAMA MEMPERKENALKAN PERADABAN MODEREN DI LEMBAH BALIEM

Tabloid Daerah
11.29.2021 | 7:12:00 AM WIB Last Updated 2021-11-28T22:15:34Z
iklan
Foto: ilust./nn


Oleh Eman Petege*)


ORANG MEE ( PANIAI ) PERTAMA YANG MEMPERKENALKAN PERADABAN MODEREN DI LEMBAH BALIEM KABUPATEN JAYAWIJAYA PROVINSI PAPUA.


Lembah Baliem pertama kali ditemukan dari udara pada tanggal 23 juni 1938 melalui jendela pesawat Tim Expedisi gabungan Amerika-Belanda dari Lembaga AMERICAN MUSSEUM OF NATURAL HISTORY yang dipimpin oleh RICHARD ARCHBOLD pada Tahun 1938 kemudian memberikan Nama : GRAND VALLEY ( Lembah Agung ) Pada tanggal 15 Juli 1938 pesawat Cuba dari Tim Expedisi R. Archbold berhasil mendarat di Danau Hebema dan di Minimo kali Baliem namun selama16Tahun lebih daerah ini tidak disentuh langsung oleh pengaruh luar.


Saat itu Pater Herman Tillemans MSC dari Missi Katolik dan Pendeta Walter Post dan temannya Pendeta Deibler dari Zending CAMA di Enarotali, Kokonao dan dari Hollandia mendengar kabar desas desus tentang penemuan lembah besar Grand Walley, sedangkan Pilot Angkatan udara Amerika dari Sentani ke Lembah Grand Valley dengan pesawat Dakota jatuh menabrak gunung dibagian utara Grand Valley tanggal 13 Mei 1945 akhir perang dunia ke 2 saat evakuasi 3 orang penumpang yang selamat dari 21 penumpang yg tewas mereka memberi nama Lembah  SANGGRI-LA artinya Firdaus.


Dari situlah penemuan lembah ini disebar luaskan melalui berbagai media massa  di Amerika, Eropa dan Australia akhirnya para Missionaris dari berbagai denominasi Gereja saat itu berusaha, berjuang untuk mencapai di Lembah Firdaus ini karena dianggap lahan baru yang subur untuk pekabaran Injil dimasa mendatang. 


Dengan demikian Missi CAMA mengambil langkah cepat untuk membuka Pos Penginjilan disana akhirnya tepat tanggal 20 April 1954 Pendeta E.Mickelson, Llyd van Stone, Pendeta Myron Bromley, Gembala Keluarga Elia Gobay, Topituma Gobay dan Andrian Rumanderi dari Wasior Wandamen, mendarat di Minimo diatas kali Baliem tempat dimana dulu Tahun 1938 pesawat Tim Expedisi Arcbold mendarat. Berangkat dari Sentani jam 07.10 tiba di Minimo pkl 08.40 pagi. 


Saat itu sungai Baliem lagi banjir besar sehingga mendarat dgn mulus dan pesawat diikat dengan tali besar dipohon oleh dua orang Pilot yang membawa mereka kemudian turunkan barang dan penumpang diarah timur dari Minimo. 


Sesudah pesawat kembali ke Sentani dalam waktu tempo 3 jam mereka membersihkan lokasi, cabut alang" pohon"ditebang tidak jauh dari situ lalu pasang tenda tidur disitu. Keesokan harinya tanggal 21 April sambil tunggu pesawat dari Sentani pertama kali mereka melihat orang Baliem  disebelah kali sedang mengamati dalam keadaan busur panah dan tombak siap ditangan. 


Dalam penerbangan kedua hari itu dibawa juga sebuah perahu karet yang dipinjam dari Dinas Navigasi Pemerintah Belanda di Hollandia untuk keperluan melintasi dan menyebrang kali Baliem. Beberapa hari kemudian memindahkan posnya disebelah kali oleh kedua Pendeta, Elia Gobay, Topituma Gobay dan Andrian Rumanderi. Pada siang hari ada 6 orang masyarakat datang tetapi hanya dua orang yang memberanikan diri berdiri dekat mereka lalu Elia Gobay mendekati dua orang itu sambil berjabat tangan, tarik buku jari khas salaman orang pegunungan lantas Elia pegang rambut dan kulitnya sendiri lalu pegang lagi rambut dan kulit dari kedua masyarakat itu kemudian Elia berkata : 


Kami yang datang ini dgn kamu yang ada disini sama sama ciptaan Tuhan, mulai hari kita bersahabat, kita berteman, kita adalah kawan, kita adalah baku sobat lalu mengeluarkan buku Alkitab dari Noken Istrinya Ruth Yogi kemudian menciumnya. Sesudahnya dua orang ini menyahut kepada Pendeta Mickelson dan Elia :


Naap...Naap...Naap dalam Bahasa Nduga....wa...wa...wa dalam Bahasa Baliem artinya ucapan selamat datang dan menyambut kedatangannya dgn suka cita yang besar. Sebelum 6 orang itu pulang Elia Gobay panggil istrinya Ruth Yogi dan Topituma untuk bawa sayur pakis dan sayur paku yang mereka masak campur Cornet beef supaya kasih makan dengan keladi bakar yang sdh siap. 


Mereka berikan garam tapi ditolak karena dikira masyarakat bahwa yang diberikan oleh Elia Gobai adalah pasir putih yang memang sdh ada disungai Baliem. 


Pada tanggal 24 April 1954 pesawat Amphibi Short Sealand mendarat yang ke 3 kali untuk mengantar 4 orang Mee ( Kapauku ) dari Enarotali yang sudah disiapkan oleh Pendeta Troutman yaitu : Yagetatoka Gobay, Umagibi Kayame, Kopopi Yeimo dan Bemupai Mote. 


Kedua Pendeta dan Keluarga Elia Gobai serta Masyarakat Mee yang lainnya berhasil membuka Pos Penginjilan sebelum Tahun 1960 yaitu di Minimo, Hitigima, dan di Hepuba. Kemudian Tahun 1955 dan 1956 juga telah berhasil buka lapangan terbang di Piramid dan Bokondini. Dari Piramid buka Pos lagi di Tulem, Seinma, Wossy ( Pass Valley ), Ibele, Pugimaa, dan Sinakma.


Semua Pos ini disertai dengan Witness School dan Dani Bible School berbahasa daerah, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Mohon maaf cerita masih panjang tetapi demikian saya membatasi kisah Karya besar Keluarga Elia Gobay dan beberapa masyarakat Mee di Lembah Grand Valley, Lembah Pass Valley, dan Lembah Sanggri-la yang sekarang sebutan tetap adalah Lembah Palim. 


Kata Palim adalah : Bahasa asli Hubula yang dalam ucapan sehari harinya terjadi perubahan dalam ejaa huruf oleh orang Belanda waktu pembukaan pertama kota Wamena akhirnya menjadi Lembah Baliem sampai hari ini masih menggunakan.


Dari berbagai sumber!


Baca Juga
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • ORANG MEE PERTAMA MEMPERKENALKAN PERADABAN MODEREN DI LEMBAH BALIEM

P O P U L E R

Trending Now

Iklan

iklan