
![]() |
Sah! Dua Paslon Damai, Gubernur Meki Apresiasi Sejumlah Pihak (#Foto: Humas Setda Provinsi Papua Tengah) |
[Tabloid Daerah], Mulia -- Konflik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua Tengah menelan banyak korban nyawa dan harta benda. Tercatat, ada 14 korban meninggal dunia, 600-an korban luka-luka, dan puluhan rumah dibakar sejak konflik ini pecah pada November 2024.
Di tengah peristiwa ini, ada sejumlah pihak yang menjadi garda terdepan untuk melayani. Mulai dari penjabat bupati dan jajaran yang bekerja keras melakukan mediasi, aparat keamanan TNI-Polri yang menjaga keamanan, juga para tenaga medis yang melakukan evakuasi dan menyelamatkan nyawa para korban luka.
Pada acara ritual perdamaian "Belah Kayu Doli" yang berlangsung di Halaman Kantor Bupati Puncak Jaya, Senin (12/5/2025), Gubernur Papua Tengah, Meki Nawipa, S.H., menyampaikan apresiasi dan terima kasih sedalam-dalamnya atas dedikasi dan jasa semua pihak.
Secara khusus, Gubernur menyampaikan terima kasih kepada tim Palang Merah Indonesia (PMI) dan para tenaga medis dari RSUD Mulia dan Puskesmas sekitar Mulia yang telah bekerja keras menolong, mengevakuasi, dan merawat para korban.
“Terima kasih banyak dari lubuk hati yang paling dalam karena kalian sudah beruat baik untuk negeri ini menyelamatkan nyawa para korban. 600 orang sekian luka-luka dan 14 orang meninggal dunia yang tak bisa dibeli dengan uang. Sebab nyawa lebih penting dari kekayaan dan jabatan. Dan kita harapankan, ini tidak terulang lagi,” kata Gubernur didampingi Wakil Gubernur (Wagub) Papua Tengah, Deinas Geley.
Politisi muda PDI Perjuangan ini juga berterima kasih kepada aparat keamanan mulai dari Kapolda Papua Tengah, Kapolres Puncak Jaya, Danrem 173/PVB dan Dandim Puncak Jaya yang telah bekerja keras bersama pasukannya untuk mengendalikan situasi keamanan di wilayah itu selama hampir setengah tahun ini.
“Ini tantangan saya dan Deinas Geley menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur pertama di negeri ini. Orang ragu kita pimpin negeri ini. Saya ditekan dari segala sisi. Tapi saya tegaskan, kita akan damaikan. Dan hari ini Puji Tuhan, Tuhannya orang Puncak Jaya, Tuhannya orang Lani datang menyelesaikan masalah ini. Kita mengucap syukur kepada Tuhan Yesus,” tutur Gubernur.
Menurut Gubernur Meki, kebesaran hati kedua pasangan calon bupati dan wakil bupati Puncak Jaya untuk menerima hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada 7 Mei 2025 lalu dan beritikad baik menggelar ritual perdamaian hari ini adalah pelajaran politik berharga bagi generasi Puncak Jaya.
“Hari ini cuaca cerah. Itu artinya habislah gelap terbilah terang. Yang gelap sudah selesai dan kita mulai yang terang,” pungkas Gubernur.
Calon Bupati Puncak Jaya Nomor Urut 2 Miren Kogoya menegaskan, pihaknya sudah menerima hasil Pilkada dan siap mendukung pemerintahan Yuni Wonda-Mus Kogoya lima tahun ke depan. Oleh karena itu, ia meminta para pendukungnya untuk ikut menghargai proses perdamaian hari ini dengan tetap menjaga keamanan dan menghentikan perang.
“Pertama-tama, saya dan Pak Mendi ucapkan selamat kepada kakak saya Pak Yuni Wonda dan Pak Mus Kogoya untuk menjalankan pemerintahan lima tahun ke depan. Kami siap mendukung pemerintah karena Kabupaten Puncak Jaya adalah milik kita bersama. Kami juga mohon maaf atas semua korban akibat konflik ini, baik korban meninggal dunia, luka-luka, juga rumah yang terbakar,” tegas Miren Kogoya kepada pendukungnya.
Sementara itu Bupati Terpilih Puncak Jaya Yuni Wonda mengaku menyesal dan memohon maaf sedalam-dalam karena, akibat konflik ini, korban berjatuhan di kedua belah pihak. Padahal, di daerah lain, Pilkada itu pesta demokrasi yang penuh damai.
“Hari ini cuacanya bagus. Itu berarti Tuhan berkenan ke depan kepemimpinan kami aman. Terima kasih dan syukur kepada Tuhan. Kami sampaikan juga mohon maaf kepada keluarga korban baik yang sudah meninggal maupun luka-luka. Ada saatnya kami akan mohon maaf kepada masyarakat sesuai adat,” ucap Yuni Wonda.
Ia menyatakan, dengan acara adat "Bela Kayu Doli" ini, tidak ada lagi pertikaian. Tidak ada lagi kubu politik. Semua masyarakat bersatu, berbaur satu sama lain dalam suasana persaudaraan.
“Tidak boleh lagi ada pisah-pisah, adat ini sudah sah jadi pasangan nomor urut 1 bisa duduk sama-sama merokok dengan pasangan nomor urut 2. Semua saling pegang tangan. Pemerintahan ini tak akan pernah habis. Nanti akan ada generasi baru yang pimpin daerah ini,” tutup Yuni Wonda. (*)
Melkianus Dogopia